Tidak semua lemak sama dan perlu
dimusuhi. Tubuh kita juga membutuhkan lemak sehat untuk membentuk hormon,
memproduksi energi, dan menyerap nutrisi tertentu. Namun, ada juga lemak yang
berbahaya.Lemak trans artifisial merupakan contoh dari lemak yang perlu
dihindari. Lemak ini biasanya ditemukan pada makanan yang diproses. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) berencana menghilangkan lemak trans artifisial dari semua
jenis makanan secara global pada 2023.
Secara umum ada dua jenis lemak trans: yang
terjadi secara alami pada makanan dan juga lemak trans artifisial. Hampir semua
jenis daging dan produk susu secara alami menghasilkan lemak trans dalam jumlah
kecil di ususnya. Oleh karena itu, jika kita mengonsumsinya, akan ditemukan
jejaknya dalam tubuh. Meski demikian, menurut American Heart Association, belum
banyak penelitian terhadap bahaya dari lemak ini. Lain ceritanya dengan lemak
trans artifisial.
Lemak ini dihasilkan dari proses
hidrogenasi, yaitu molekul hidrogen ditambahkan dalam lemak cair (seperti
minyak goreng) untuk mengubahnya jadi lemak padat.Biasanya lemak trans
artifisial ini dipakai dalam makanan yang diproses seperti kue-kue kering,
keripik kentang, krimer kopi, dan juga makanan yang digoreng. Sebelum tahun
1990-an, hanya sedikit riset yang meneliti efek lemak ini bagi kesehatan.
Itu sebabnya banyak perusahaan makanan yang
menggunakannya karena murah, gampang dipakai, lebih awet, dan membuat makanan
terasa enak. Makanan yang mengandung lemak trans biasanya kadar kalori dan
gulanya tinggi sehingga bisa menyebabkan kegemukan dan risiko diabetes.
Penelitian tahun 2015 pada beberapa
negara juga menyimpulkan bahwa konsumsi lemak ini meningkatkan risiko kematian
akibat penyakit jantung dan membuat kita beresiko sakit jantung.Efek bahaya
Lemak trans dianggap berbahaya karena akan meningkatkan kadar kolesterol jahat
(LDL) yang bisa menyumbat peredaran darah. Pada saat yang sama, kadar
kolesterol baik (HDL) turun. Menurut pakar diet dari UCLA Medical Center, Dana
Hunnes PhD, karena kadar HDL rendah, kelebihan kolesterol tidak bisa diangkut
kembali ke liver untuk dibuang. "Ini bisa menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah yang memicu serangan jantung dan stroke.
Lemak trans juga merusak lapisan dalam
pembuluh darah, sehingga tidak bisa berfungsi optimal," kata Hunnes. Lemak
trans juga dapat menyebabkan inflamasi (peradangan) dalam tingkat sel. Ini
merupakan pemicu lain dari penyakit kronis, seperti diabetes, jantung, dan
sindrom metabolik. Di beberapa negara bagian Amerika dan Eropa, pemerintahnya
sudah melarang lemak trans. Kebijakan itu membuahkan hasil positif.
Menurut data, angka kunjungan pasien serangan
jantung dan stroke berkurang 6,2 persen pada negara-negara yang sudah
menjalankan pelarangan tersebut. Meski begitu, jangan keliru antara lemak jenuh
dan tidak jenuh, dengan lemak trans. Tubuh kita tetap membutuhkan lemak jenuh
dan tidak jenuh sekitar 10 persen. Lemak jenuh dan tidak jenuh bisa ditemukan
antara lain pada telur (bersama dengan kuningnya), kacang-kacangan, alpukat,
ikan berlemak, serta minyak zaitun.
0 Komentar