Virus Korona adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) dan Virus Korona yang paling baru ditemukan COVID-19
(Coronavirus disease 2019). SARS pertama kali mewabah di Tiongkok pada
tahun 2002, sementara MERS pertama kali muncul di Timur Tengah pada tahun 2012.
Pada akhir tahun 2019, muncul penyakit baru di Tiongkok yang
dinamakan COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) menyebabkan banyak kematian di
berbagai negara (pandemi). Masa inkubasi adalah rentang waktu antara terjadinya
infeksi dan munculnya gejala untuk virus ini 1-14 hari. Seseorang dapat
terjangkit virus Korona jika ia menghirup percikan air liur yang dikeluarkan
oleh penderita COVID-19 saat bersin atau batuk. Tidak hanya itu,
penularan juga dapat terjadi jika seseorang memegang benda yang telah
terkontaminasi percikan air liur penderita COVID-19 lalu memegang hidung atau
mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
SARS dan COVID-19 diketahui lebih mudah menyebar dari manusia
ke manusia daripada MERS. Dan jika dibandingkan dengan SARS, penularan COVID-19
dari manusia ke manusia lebih mudah terjadi dan lebih cepat. Sejauh
ini, angka kematian akibat COVID-19 sebesar 2,8% lebih rendah dibandingkan SARS
(10%) dan MERS (37%). Namun, penularan COVID-19 yang begitu cepat dibandingkan
SARS dan MERS membuat jumlah penderita penyakit ini meningkat tajam dalam waktu
singkat. Kebanyakan orang (sekitar 80%) pulih dari penyakit tanpa perlu
perawatan khusus jika sistem imun kuat (sifat virus bersifat self
medication).
Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki penyakit
penyerta sebelumnya (komorbid) seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes,
kanker, menimbulkan kematian lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa komorbid.
Sejauh ini, belum ada obat yang terbukti efektif dalam mengatasi COVID-19.
Penderita COVID-19 perlu dirawat di rumah sakit agar kondisinya dapat dipantau
dan tidak menularkan infeksi ke orang lain. Imunitas adalah mekanisme tubuh
manusia untuk melawan, mengusir dan memusnahkan benda asing yang masuk ke dalam
tubuh manusia. Benda asing tersebut bisa berupa bakteri, virus, organ
transplantasi dll dan jika ditransplantasikan ke dalam tubuh maka tubuh akan
menolaknya karena benda asing tersebut dianggap bukan sebagai bagian dari
jaringan tubuh. Benda asing tersebut dianggap sebagai pendatang (invader) yang
harus diusir.
Oleh karena itu, fungsi sistem imun perlu senantiasa dijaga
agar imunitas tubuh kita kuat dengan cara sebagai berikut:
1. Mengonsumsi makanan bergizi 4 sehat 5 sempurna
Makanan 4 sehat 5 sempurna adalah menu makanan yang lengkap dan mengandung zat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral. Dalam konsep 4 sehat 5 sempurna, makanan dipecah atas empat sumber
nutrisi penting, yakni makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan
disempurnakan dengan susu bila mampu.
Konsep ini menekankan pentingnya
sebagai sumber kalori guna tenaga, protein guna pembangun, sayur dan buah
sumber vitamin dan mineral guna pemeliharaan. Pada saat wabah COVID-19
ini konsumsi makanan yang kaya akan antioksidan, seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan lebih ditingkatkan karena dapat membantu tubuh melawan radikal
bebas yang mengganggu kerja sistem imun sehingga imunitas tubuh menurun dan
mudah terpapar COVID-19. Rempah rempah seperti kunir, temulawak, bawang dan
jahe juga baik untuk dikonsumsi menaikkan sistem imun karena kandungannya
diyakini dapat membantu tubuh melawan infeksi dan meredakan peradangan.
2. Berolahraga dengan rutin Olahraga juga terbukti mampu
meningkatkan daya tahan tubuh dan meredakan peradangan. Namun, perlu Anda
ingat, olahraga yang dilakukan secara teratur memiliki efek yang lebih baik
terhadap sistem imun dibandingkan olahraga yang hanya sesekali. Jadi,
sempatkanlah untuk berolahraga setidaknya 30 menit setiap hari atau minimal
seminggu 3-4 kali. Waktu olah raga bisa pagi hari atau sore hari. Menjaga daya
tahan tubuh diyakini bisa menghalau infeksi virus.
Kerja dari rumah (work from home) dan isolasi mandiri yang
diterapkan selama wabah korona ini justru membuat tubuh rentan minim aktivitas.
Kita kurang gerak malah menurunkan imun kita sehingga meningkatkan risiko
infeksi jika kita tidak olah raga secara rutin dengan intensitas sedang salah
satu contoh jalan cepat sehingga tubuh akan merilis hormon stres menurunkan
inflamasi, fungsi microbial killing, meningkatkan hemostasis (mekanisme tubuh
untuk melindungi diri dari proses pendarahan), juga meningkatkan sitokin (sel
imunitas tubuh). Olahraga bisa merangsang kinerja antibodi dan sel-sel darah
putih bisa bersirkulasi lebih cepat . Sel darah putih merupakan sel kekebalan
tubuh yang melawan berbagai penyakit.
3. Berjemur di pagi hari Pagi hari dianggap sebagai
waktu yang paling tepat untuk berjemur di bawah sinar matahari. Di waktu
inilah, banyak orang meyakini bisa mendapatkan asupan vitamin D gratis secara
alami dan bisa rutin kita dapatkan karena tubuh manusia tidak dapat memproduksi
vitamin D dengan sendirinya. Apalagi kandungan vitamin D nyatanya cukup
terbatas hanya dari jenis-jenis makanan tertentu, seperti kuning telur dan
susu. Manfaat berjemur di matahari sebagai berikut:
Meningkatkan
sistem kekebalan tubuh
Kandungan vitamin D dari sinar matahari yang terbentuk akibat
paparan sinar matahari dapat membantu mencegah infeksi pada tubuh dan melawan
penyakit, seperti penyakit jantung, multiple sclerosis, beberapa jenis penyakit
autoimun dan kanker, serta flu. Bukan tidak mungkin bila rutin berjemur di
bawah sinar matahari setiap hari dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
sehingga kita akan terhindar dari virus corona covid-19.
Memperkuat
kesehatan tulang
Kandungan vitamin D3 dari sinar matahari berfungsi untuk
merangsang penyerapan kalsium dan fosfor yang dapat memperkuat tulang. Sebuah
hasil studi menyebutkan vitamin D3 dari sinar matahari ternyata memiliki peran
penting untuk kepadatan tulang. Vitamin D3 adalah vitamin larut dalam lemak
yang terbentuk selama proses pembuatan vitamin D saat sinar matahari mengenai
kulit. Hal inilah yang dapat mengatur penyerapan kalsium dan pospor. Jadi, jika
Anda memiliki kandungan vitamin D3 yang lebih tinggi di dalam darah maka kecil
kemungkinan Anda akan menderita osteoporosis dan arthritis di kemudian hari.
Mengurangi depresi ringan
Kurang paparan sinar matahari dapat menyebabkan kondisi
gangguan yang dikenal dengan Seasonal Affective Disorder (SAD). SAD adalah
depresi umum ringan yang dapat terjadi pada orang-orang yang bekerja berjam-jam
di gedung perkantoran dan jarang keluar ruangan untuk berjemur. Maka dari itu,
manfaat berjemur di bawah sinar matahari pagi berikutnya adalah mengurangi
stres. Hasil studi melaporkan bahwa orang-orang yang berjemur di bawah sinar
matahari pagi dapat terhindar dari stres. Pasalnya, sinar matahari memicu otak
untuk melepaskan hormon serotonin, yakni suatu hormon yang bisa meningkatkan
suasana hati dan memberikan perasaan tenang.
Meningkatkan kualitas tidur
Berjemur di bawah sinar matahari juga dapat meningkatkan
kualitas tidur sehingga kita akan tidur lebih nyenyak di malam hari. Ketika
sinar matahari mengenai mata, sebuah pesan dikirim ke kelenjar pineal dalam
otak dan produksi melatonin, suatu hormon yang menimbulkan rasa kantuk dan
membantu tidur.
Menyembuhkan penyakit kulit
Manfaat berjemur di bawah sinar matahari juga dapat membantu
proses penyembuhan penyakit kulit, seperti jerawat, psoriasis, eksim, penyakit
kuning, dan infeksi pada kulit lainnya. Menurut sebuah studi, terapi berjemur
di pagi hari selama empat minggu terbukti berhasil untuk menghilangkan gejala
psoriasis secara signifikan pada 84% partisipan.
Namun, untuk mencegah efek samping negatif dari radiasi
ultraviolet dan memastikan manfaat yang didapat lebih besar dari risiko yang
ditimbulkan, sebaiknya para penderita penyakit kulit berkonsultasi dengan
dokter terlebih dahulu sebelum memutuskan berjemur di bawah sinar matahari.
Ada dua jenis cahaya matahari yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan oleh manusia, yakni sinar ultraviolet A dan ultraviolet B. Sinar
ultraviolet A tidak dibutuhkan oleh manusia, bahkan seharusnya dihindari karena
terpapar sinar matahari ini secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kulit
keriput dan kanker kulit. Sinar matahari Ultraviolet A umumnya adalah
cahaya matahari yang muncul pada jam 05.30 - 07.00 pagi, atau tepatnya saat
matahari mulai beranjak naik dan gelombang cahaya matahari sedang panjang.
Sedangkan, sinar matahari ultraviolet B merupakan gelombang
cahaya yang pendek. Jadi, inilah jenis cahaya matahari yang dibutuhkan oleh
tubuh. Ultraviolet B bisa Anda dapatkan saat sinar matahari naik, yakni
sekitar jam 10.00 pagi hingga 15.00 siang. Sebab, pada waktu tersebut risiko
kanker kulit jenis cutaneous malignant melanoma (CMM) tergolong paling rendah.
Paparan sinar matahari yang didapatkan antara jam 10.00-15.00 dapat memicu
produksi vitamin D, yang dapat bertahan dua kali lebih lama dalam darah, jika
dibandingkan dengan vitamin D yang dikonsumsi dalam bentuk suplemen atau
makanan.
Meski demikian, pada rentang jam tersebut, risiko kulit
terbakar matahari pun dapat meningkat karena paparan sinar matahari cukup
menyengat. Oleh karena itu, kita perlu membatasi waktu berjemur di bawah sinar
matahari selama 10-20 menit saja. Cahaya matahari yang terbaik adalah yang
menyinari tubuh secara langsung, bukan hanya sekadar membuat tubuh mengeluarkan
keringat. Jadi, upayakan kulit mendapat sinar matahari secara langsung.
4. Mengelola stres dengan baik dan meningkatkan keimanan
ibadah kita Stres yang berkepanjangan dapat meningkatkan produksi hormon
kortisol. Kadar hormon kortisol yang tinggi dapat mengganggu kerja sistem imun
dalam melawan infeksi. Oleh karena itu, upayakan untuk mengelola stres dengan
baik supaya sistem imun Anda tetap terjaga dan kuat melawan infeksi Covid-19.
Stres bisa dikendalikan dengan hal yang sederhana, misalnya dengan meningkatkan
keimanan ibadah kita, memandang dengan cerdas wabah virus ini, tidak panik dan
ciptakan jiwa pribadi optimis semua ini akan berakhir, dibalik
kesulitan akan datang kemudahan.
Manusia sebagai mahkluk ciptaan Nya , menerima ujian ini
sebagai tawakal ibadah kita kepada Allah akan naik derajad kita sebagai hamba
Nya jika kita lolos ujian ini. Allah tidak akan menurunkan ujian bagi umat Nya
diluar kemampuan umat Nya, jadi yakinlah kita bisa dan mampu melawan dan
melampaui masa sulit ini dengan jiwa yang sabar, tenang dan selalu memelihara
harapan positif ke depannya. Pemerintah dalam rangka mencegah penyebaran
COVID-19 menerapkan social distancing, physical distancing, berdampak
bagi masyarakat berupa perasaan shock/stres, kemarahan, dan penolakan
peraturan, dengan pemahaman manfaat peraturan tersebut membuat masyarakat
menerima keadaan ini dalam rangka LINDUNGI DIRI dan LINDUNGI SESAMA.
Tetap di rumah. Jangan kemana-mana. Bekerja, belajar dan beribadah di rumah
adalah hal penting Anda dilakukan dan keakraban keluarga meningkat karena lebih
banyak waktu untuk kegiatan bersama. Komunikasi via daring seperti Telepon, WA,
MedSos begitu sangat penting di saat seperti ini (Social Distancing/Physical
Distancing). Tidak panik dengan habisnya stok masker, hand sanitizer , tidak
“panic buying” menyetok kebutuhan pokok secara berlebihan.
5. Beristirahat yang cukup Walaupun terdengar sederhana,
kurang tidur terbukti bisa menimbulkan dampak yang buruk pada kesehatan. Salah
satunya adalah penurunan daya tahan tubuh, sehingga beragam penyakit dapat
lebih mudah menyerang.Tidur yang cukup dan berkualitas dapat membuat
tubuh Anda lebih kuat melawan paparan virus Corona. Orang dewasa
membutuhkan waktu tidur sekitar 7–8 jam setiap harinya, sedangkan anak-anak
memerlukan waktu tidur 10 jam atau lebih. Istirahat yang cukup juga bisa
memupuk produksi Sel T di dalam tubuh yaitu kelompok sel kekebalan tubuh yang
berperan penting dalam sistem imun terhadap virus.
6. Pola hidup yang bersih dan sehat Dalam kondisi wabah
seperti ini pola hidup bersih sehat bisa di terapkan : Cuci tangan pakai sabun
dan air mengalir minimal 20 detik karena stok barang handsanitizer dan alkohol
yang langka di pasaran saat tiba di rumah, tempat kerja atau sekolah, sebelum
makan, sebelum menyiapkan makanan dan aktivitas lain yang membutuhkan
higienitas. Kurangi Kontak Langsung (Social Distancing) Tidak menyentuh
wajah, hidung, dan mata dengan tangan yang kotor atau belum dicuci dan tutup
mulut dan hidung dengan siku terlipat saat batuk atau bersin atau gunakan tisu.
Jaga jarak paling sedikit 1 meter dengan orang. Jangan berada dekat orang yang
tidak sehat dan gejala batuk,demam. Menggunakan masker jika keluar rumah,
diutamakan bagi yang memiliki gejala dan positif COVID-19, dikarenakan harga
masker yang melambung. Mandi dengan sabun , mengganti pakaian jika masuk ke
rumah sehabis bepergian. Hal ini yang paling utama karena membersihkan virus
secara menyeluruh dengan cara mudah, menyegarkan,rilex dan badan menjadi fresh.
Hindari kontak dengan orang yang punya gejala/ pasien COVID-19 dan Menghindari
pergi ke daerah yang sudah terjangkit virus Corona atau berpotensi menjadi
lokasi penyebaran virus Masak daging dan telur sampai matang Jika ada gejala
segera periksa ke klinik kesehatan terdekat Disamping ikhtiar tersebut diatas
jangan lupa berdoa pada saat keluar rumah untuk suatu kepentingan yang
sifatnya urgent. Pola hidup yang bersih dan sehat ini akan mengkuatkan sistem
imun tubuh kita karena infeksi virus tidak masuk ke tubuh kita.
7. Hindari atau Jangan Merokok Mau rokok nikotin atau
elektronik, baik perokok pasif maupun aktif, terpapar nikotin amat merugikan
bagi sistem kekebalan tubuh. Nikotin bisa meningkatkan kadar kortisol (hormon
stres) yang mengurangi pembentukan antibodi sel B dan respons antigen sel T
(kelompok sel dalam sistem imun tubuh).
8. Optimisme kegiatan positif ditingkatkan Meskipun kita
semua dikarantina, aktivitas tetap bisa lakukan dari rumah dari bekerja, olah
raga, belajar dan yang lain dengan cara yang kita mampu dan bisa, kecuali untuk
orang-orang yang harus keluar rumah untuk melaksanakan kewajibannya seperti
petugas kesehatan, satpam, tukang ojek online, penjual di pasar dan yang lain. Perasaan
tenang dan bahagia akan muncul jika kita bisa menyelesaikan kewajiban kita
(pekerjaan/tugas sekolah) sehingga sel imun akan terbentuk.
9. Mengonsumsi suplemen penunjang Untuk mencegah
infeksi virus Corona, Anda juga dapat mempertimbangkan konsumsi suplemen yang
dapat memperkuat daya tahan tubuh. Suplemen penunjang ini belum begitu perlu
jika no. 1- 8 sudah diterapkan dengan baik, kecuali kondisi tubuh dalam keadaan
tidak fit/sakit suplemen sangat diperlukan untuk mempercepat terbentuknya sel
imun. Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto, terus mengingatkan agar
masyarakat menjaga dan memperkuat sistem imun atau kekebalan tubuh. Jika imun
kita terjaga maka jika kita lupa membawa masker atau hal lain yang kita langgar
tanpa sengaja, maka tubuh masih mempunyai TAMENG untuk menangkal masuknya virus
ke tubuh kita. Sistem imun ini yang paling baik kita terapkan untuk
menangkis COVID-19 karena kita cukup dengan membawa tubuh kita saja dengan
sistem imun yang kuat, disamping langkah langkah lain yang di anjurkan
pemerintah maupun fatwa MUI. Semoga masyarakat Indonesia dapat menyikapi secara
cerdas atas ujian ini, menjadi pribadi optimis terus memlihara harapan positif
saling bergandeng tangan bersatu melawan COVID-19.
0 Komentar